Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Musa telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq bahwasanya ia mendengar Zaid bin Arqam berkata; "Pada suatu ketika, kami pernah pergi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan jauh yang pada saat itu para sahabat banyak yang mengalami kesulitan. Kemudian Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya; 'Janganlah kalian memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah agar mereka meninggalkan Rasulullah.' Zuhair berkata; 'Lafaz 'Haulihi' (dengan kasrah pada huruf lam) yaitu menurut bacaan yang paling rajih. Abdullah bin Ubay berkata; 'Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, maka orang-orang yang kuat benar-benar akan dapat mengusir orang-orang yang lemah.' (Qs.Al Munaafiquun (63): 8). Zaid bin Arqam berkata; 'Lalu saya pergi menghadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk memberitahukan tentang ucapan Abdullah bin Ubay tersebut kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang kepada Abdullah bin Ubay untuk menginterogasinya. Namun, ternyata Abdullah bin Ubay bersumpah bahwa ia tidak pernah berkata seperti itu! Dan ia berkata; 'Zaid telah membohongi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.' Zaid bin Arqam berkata; 'Tentu saja ucapan orang-orang munafiq itu membuat hati saya menjadi jengkel, hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat yang membenarkan sikap saya yang berbunyi: 'Apabila orang-orang munafik datang kepadamu… (Qs. Al Munaafiquun (63): 1) '. Zaid bin Arqam berkata; 'Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil mereka, orang-orang munafik, untuk dimintakan ampunan kepada Allah, tetapi mereka malah membuang muka.' Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 'Orang-orang munafik itu seolah-olah kayu yang tersandar…' (Al Munaafiquun (63): 4). Zaid bin Arqam berkata; 'Mereka itu sebenarnya adalah orang-orang yang secara zhahir kelihatan mempesona.'
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim -Ishaq berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Amru dari Thawus dan Atha` dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berbekam saat beliau sedang Ihram.
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Umar dari Nafi' dari Ibnu 'Umar dia berkata; "Ketika Abdullah bin 'Ubay bin Salul wafat, anaknya Abdullah bin Abdullah (bin Ubay) datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta jubah beliau untuk kafan bapaknya. Rasulullah memenuhi permintaan anaknya itu. Kemudian dimintakan pula agar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyalatkan jenazah bapaknya. Ketika beliau berdiri hendak shalat jenazah, maka beliau tiba-tiba ditarik bajunya oleh Umar (bin Khaththab) seraya berkata; 'Ya Rasulullah! Akan Anda shalatkankah dia? Bukankah Allah telah melarang Anda menyalatkannya? ' Jawab beliau: 'Aku hanya diberi pilihan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala antara menyalatkan atau tidak.' Lalu dibacanya ayat: Kamu mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja); sekalipun kamu mohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali…'. (QS. At Taubah (9): 80). Dan aku akan melebihi dari tujuh puluh kali.' Kata Umar; 'Tapi diakan orang munafik! ' Tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap menyalatkannya juga. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat: 'Dan sekali-kali janganlah kamu shalatkan jenazah salah seorang mereka yang mati, dan jangan pula kamu berdiri di kuburannya…'. (QS. At Taubah (9): 84). Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan 'Ubaidullah bin Sa'id mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya Al Qaththan dari 'Ubaidullah dengan sanad ini dengan Hadis yang serupa dengan tambahan; lalu beliau meninggalkan shalat untuk orang-orang munafik.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu 'Umar Al Makki telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Mujahid dari Abu Ma'mar dari Ibnu Mas'ud dia berkata; "Ada tiga orang berkumpul di dekat Ka'bah, dua orang dari suku Quraisy dan satu lagi dari suku Tsaqafi atau sebaliknya. Ketiga-tiganya kurang terpelajar tetapi mereka gemuk-gemuk. Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya; 'Tahukah kamu bahwa Allah mendengar apa yang kita ucapkan? ' Jawab yang lain; 'Dia mendengar kalau kita bicara keras, dan tidak mendengar kalau kita bicara perlahan.' Kata orang yang ketiga; 'Jika Dia mendengar ketika kita berbicara keras tentu Dia mendengar juga ketika kita berbicara perlahan.' Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat: 'Kamu sekali-kali tidak kalian tidak dapat menyembunyikan dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu…'. (QS. Fushilat (41): 22). Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Khallad Al Bahili telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Umarah bin 'Umair dari Wahb bin Rabi'ah dari 'Abdullah Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepadaku Manshur dari Mujahid dari Abu Ma'mar dari 'Abdullah dengan Hadis yang serupa.
Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Adi bin Tsabit dia berkata; aku mendengar 'Abdullah bin Yazid bercerita dari Zaid bin Tsabit bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berangkat ke medan perang Uhud, beberapa orang yang ikut berangkat bersama-sama beliau pulang kembali di tengah perjalanan. Karena itu, para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berbeda pendapat mengenai mereka menjadi dua golongan: Sebagian mengatakan mereka harus diperangi dan sebagian lagi mengatakan jangan diperangi. Karena itu, turunlah ayat: 'Mengapa kamu menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik…' (QS. An Nisaa (4): 88). Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Nafi' telah menceritakan kepada kami Ghundar keduanya dari Syu'bah melalui sanad ini dengan Hadis yang serupa.
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin 'Ali Al Hulwani dan Muhammad bin Sahl At Tamimi mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri "Bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila beliau pergi berperang mereka tidak turut berperang dan merasa bangga dengan duduk-duduknya (nongkrong-nongkrongnya) untuk menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah kembali (membawa kemenangan dan harta rampasan perang), mereka mengemukakan alasan mereka masing-masing, mengapa mereka tidak turut berperang dan menguatkan alasannya dengan sumpah. Kemudian mereka ingin dipuji (seolah-olah merekalah yang pahlawan) padahal mereka tidak berbuat apa-apa. Karena itu turunlah ayat: 'Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka ingin dipuji terhadap perbuatan yang tidak mereka kerjakan, janganlah kamu mengira bahwa mereka akan terlepas dari siksa…' (QS Ali Imraan (3):! 88).